Wedang Kopi Pramabanan – Pemprov DIY (Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta) berrencana akan menambah jadwal rekayasa lalin (lalu lintas) di kawasan Malioboro yang masuk dalam program semi pedestrian. Program tersebut menambah jadwal semi pedestrian Selasa Wage yang empat kali sudah diujicobakan.
Penambahan jadwal rekayasa ini nantinya bukan hanya dilaksanakan pada selasa wage, tapi juga diluar program Selasa Wage. Direncanakan program ini akan diujicobakan dua kali yaitu pada November dan Desember 2019 dan kemungkinan akan dilaksanakan pada akhir pekan.
Menurut Sigit Sapto Raharjo selaku kepala Dinas Perhubungan DIY, akhir pekan adalah waktu yang pas untuk ujicoba program rekayasa lalin, sebab akhir pekan selalu pada kendraan.
Sigit kembali menuturkan bahwa Selasa Wage sekarang ini sudah menjadi ikon wisata baru bagi DIY. Banyak kegiatan budaya dan wisata yang digelar di kawasan pedestrian Malioboro dari pagi hingga malam hari. Banyak penduduk setempat maupun wisatawan yang ramai-ramai memadati kawasan ini saat selasa wage.
Namun, ada yang berbeda dari selasa wage pada ujicoba yang akan dilaksanakan nanti dimana biasanya pada setiap selasa wage tidak ada Pedagang Kaki Lima (PKL), pada ujicoba baru nanti, PKL tetap bisa berjualan. Sehingga evaluasi rekayasa lalin bisa dilakukan laiknya hari-hari biasanya.
Sigit kembali menambahkan karena tak ada kendaraan bermotor, Pemda mengoptimalkan kendaraan tradisional. Diantaranya dengan andong dan becak yang dikenal jadi ikon kendaraan tradisional di DIY.
Sejarah Jalan Malioboro
Jalan Malioboro semacam urat nadi-nya kota Jogja. Jalan ini sudah ada sejak zaman kerajaan Sri Sultan Hamengkubuwono pertama, yaitu sejak tahun 1700-an. Jalan ini dibuat tidak hanya sebagai akses jalan tetapi mempunyai simbolis tersendiri diamana garis lurus yang menghubungkan antara merapi, keraton, dan pantai selatan.
Kini, Jalan Malioboro menjadi urat nadi, denyut kehidupan masyarakat Yogyakarta termasuk para wisatawan baik dalam dan luar negri. Denyut kehidupan serta perdagangan ini terasa tak ada henti-hentinya.
Karena penuh sesaknya kendaraan yang melalui Jalan Malioboro ini, upaya untuk mengurangi kemacetan dicoba dilakukan oleh pemerintah kota Yogyakarta. Dari sinilah maka Sri Sultan Hamengkubuwono X memberikan saran agar setiap hari Selasa Wage, sepanjang Jalan Malioboro sebaiknya dibersihkan dan dirapikan.
Lalu ide tersebut di sambut baik oleh masyarakat Yogyakarta, para PKL pun cuti bersama. Tetapi masih Bahkan banyak wisatawan dalam dan luar negri yang belum mengetahui mengapa hari Selasa Wage ini ditetapkan menjadi hari bersih-bersih.
Alasan Mengapa Memilih Hari Selasa Wage
Hari selasa wage jadi hari yang khusus bagi keluarga keraton Yogyakarta. Hari Selasa Wage adalah hari weton kelahiran Sri Sultan Hamengkubuwono X. Di hari Selasa Wage juga Sri Sultan Hamengkubuwono X ini diangkat menjadi raja.
Maka alasan kenapa Selasa Wage menjadi hari reresik atau bersih-bersih berkaitan dengan hari baik dan hari kelahiran Sri Sultan (pasaran).
Harapanya hari Selasa Wage ini menjadi kesempatan yang baik bagi Jalan Malioboro agar terlihat lebih indah dan bersih. Begitu kira-kira pesan sang raja.
Btw, kalau mau kulineran, jangan lupa mampir ke Wedang Kopi Prambanan. Tempat kuliner ini menawarkan nunasa klasik dengan menu-menu yang lezat dan harga ekonomis.
Wedang Kopi Prambanan berada sekitar 2,5 km atau sekitar 5 menit dari kawasan objek wisata Candi Prambanan, tepatnya berada di jln. Prambanan – Manisrenggo No.16, Bugisan, Kec. Prambanan, Klaten. Kalau kamu start dari Malioboro, waktu yang kamu butuhkan untuk sampai Wedang Kopi Prambanan sekitar 50 menit.
Sementara buat kamu yang start dari pusat kota Klaten Klaten, waktu yang kamu butuhkan untuk sampai lokasi memakan waktu sekitar 23 menit perjalanan. Jam bukanya dari pukul 9.30 pagi sampai 10 malam.