Wedang Kopi Prambanan – Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) telah memperpanjang status darurat wabah corona atau Covid-19 menjadi 91 hari, terhitung mulai 29 Februari 2020 hingga 29 Mei 2020.
Hal itu menandakan bahwa status darurat corona bakal melewati Hari Raya Idul Fitri yang berdasarkan kalender masehi jatuh pada 23 Mei 2020.
Terkini, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi menyatakan, tengah mempertimbangkan opsi mengenai pelarangan mudik Lebaran 2020 guna mencegah penyebaran Covid-19 yang terus meningkat dari hari ke hari.
Wacana ini tentunya disesalkan banyak pemudik yang sudah jauh hari berharap bisa pulang ke kampung halaman dan bertemu keluarga. Tapi di sisi lain, saran untuk tidak mudik dianggap menjadi sebuah strategi jitu untuk menekan teror virus corona.
Lantas, apa saja alasan yang membuat seorang lebih baik tidak mudik saat wabah virus corona? Simak baik-baik di bawah ini ya!
1. Virus corona tak pandang bulu
Penyebaran Covid-19 berlangsung secara masif sejak kemunculannya di Indonesia. Virus mematikan tersebut bisa menyerang siapa saja, di mana saja dan kapan saja melalui kontak fisik.
Tak terkecuali, jelang musim Lebaran nanti ketika status darurat wabah Covid-19 masih berjalan. Diprediksi kasus tersebut masih menjadi ancaman bila warga tetap bersikukuh untuk mudik.
Apalagi, fakta membuktikan, semakin hari kasus positif Covid-19 di Tanah air terus bertambah, begitu pula dengan tingkat kematiannya.
2. Tak bisa Physical Distancing
Presiden Joko Widodo telah mengimbau warga untuk menjaga jarak atau physical distancing guna mencegah penularan Covid-19.
Dengan begitu, warga diharapkan lebih banyak melakukan aktivitas di dalam rumah dan menjauhi kerumunan.
Physical distancing tentu tak berlaku ketika musim mudik, di mana kebanyakan warga memanfaatkan transpotasi umum untuk pulang ke kampung halaman.
Pemudik akan kesulitan menjaga jarak fisik satu sama lain saat dalam kendaraan sehingga tidak bisa menekan penularan Covid-19 seperti imbauan pemerintah.
3. Potensi penyebaran Covid-19 meningkat
Dokter Pompini Agustina, SpP dari RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso mengatakan potensi penularan Covid-19 bisa meningkat jelang musim Lebaran.
Untuk itu, ia mengimbau warga menahan diri untuk tidak melakukan perjalanan jauh bila tidak memiliki kepentingan mendesak.
Sebab, para pemudik berpotensi menjadi carrier atau pembawa virus dari daerah yang telah terpapar virus corona atau masuk zona merah, sehingga bisa menjadi sumber penularan.
Status carrier tentu bisa mengancam keselamatan orang lain termasuk keluarga yang ada di rumah dan warga di kampung.
4. Status ODP membayangi
Sejumlah provinsi di Indonesia seperti Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Barat menetapkan setiap pemudik yang berasal dari luar kota terdampak Covid-19 sebagai ODP.
Status tersebut tentu tidak bisa diremehkan, lantaran pemudik dari luar kota diwajibkan untuk mengisolasi diri selama 14 hari setibanya di kampung halaman.
Itu berarti, pemudik tidak bisa menghabiskan waktu bersama keluarga secara leluasa saat Lebaran karena harus menjalani karantina.
Pun bila isolasi tersebut tidak dilakukan, pemudik bisa diseret ke jalur hukum seperti yang diterapkan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
5. Fasilitas Kesehatan di Daerah Minim
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr Daeng M Faqih mengkhawatirkan potensi penyebaran virus corona saat musim mudik.
Selain itu, ia juga meragukan kesiapan fasilitas kesehatan di daerah tujuan para pemudik yang tidak selengkap di pusat, sehingga sulit untuk melakukan penanganan cepat pasien.
Untuk itu, dia mengimbau agar masyarakat bersabar untuk tidak mudik hingga pandemi Covid-19 ini dapat diatasi.